KERAJAAN SORGA & KERAJAAN BATAK
( Oleh : P. Ambarita, SE, MBA )
Disampaikan Pada Retreat Pembinaan PMK-YKMK Medan
Sibolangit, 3-6 Juli 2008.
------------------------------------------------------------------------------------------------
Menurut asal katanya, secara Etimologis bahwa Kerajaan berasal dari kata Ke-raja-an – Kingdom = King – domain; Raja – daerah Kekuasaan. Kerajaan adalah suatu wilayah dimana orang-orang yang ada didalamnya tunduk dibawah otoritas seorang raja.
Selama masa pelayananNya di bumi, Tuhan Yesus mengajar satu pokok penting yang terus-menerus dibicarakan yaitu Kerajaan Sorga. Para murid sangat lamban untuk mengerti pokok yang penting ini, sehingga Yesus harus bersabar untuk terus mendidik mereka mengenai pokok pengajaran ini. Mengapa para murid sulit untuk mengerti? Sebab mereka sudah memiliki konsep sendiri tentang Kerajaan Sorga dan tampaknya sulit bagi mereka untuk menanggalkan konsep tersebut (diperlukan kerendahan hati untuk mengubah konsep yang selama ini kita anggap benar). Yang menjadi permasalahan para murid adalah, sebagaimana juga pada banyak orang (termasuk kita!), berusaha untuk membawa konsep duniawi untuk diterapkan dalam hal-hal sorgawi.
Kerajaan Sorga dimengerti sebagai penyelesaian tuntas persoalan-persoalan yang kita hadapi di dunia, bukan hanya demikian, bahkan seringkali sorga dimengerti sebagai keinginan-keinginan manusia yang sifatnya sangat duniawi. Manusia berusaha membawa dunia ke sorga, sementara Yesus Kristus mengajarkan "Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu, di bumi seperti di sorga" (Mat 6:9-13). Bumi yang harusnya seperti sorga, bukan sorga seperti bumi dan segala kehendaknya. Para murid pun memimpikan Yesus sebagai pembebas yang akan memerdekakan bangsa mereka dari penjajahan Romawi, pemulihan Kerajaan Israel seperti yang dulu pernah jaya di masa pemerintahan Raja Daud. Alangkah sulitnya bagi Tuhan Yesus untuk mengajarkan pokok ini, sebab setiap orang sudah memiliki konsep, gambaran, bahkan mungkin definisinya sendiri-sendiri tentang Kerajaan Sorga.
Yesus sendiri tidak memberi definisi tentang Kerajaan Sorga, Ia menggunakan banyak cara untuk mengungkapkan kebenaran itu, termasuk melalui perumpamaan. Perumpamaan bersifat ganda: bagi mereka yang diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga akan mengerti, tetapi bagi mereka yang tidak, mereka tidak akan mengerti. Perumpamaan menyatakan sekaligus menutupi kebenaran.
Dalam penjelasan perumpamaan ini (Mat 13:1-14), Yesus menggolongkan orang yang mendengar firman menjadi empat macam. Menarik di sini, bahwa keempat golongan orang itu semuanya mendengar (tidak ada yang tidak mendengar). Dan dari keempat macam yang mendengar itu, hanya satu saja yang lolos. Jadi persoalannya bukan apakah seseorang berkesempatan mendengar atau tidak, karena yang mendengar sekalipun tidak ada jaminan pasti masuk dalam Kerajaan Sorga. Mendengar tidak membuat seseorang untuk sungguh mengerti.
Apa yang mereka dengar? Firman tentang Kerajaan Sorga. Yesus tidak salah mengajar, materi yang diajarkan sudah benar, bahkan Ia mengajar dengan penuh kuasa. Pada bagian ini kita melihat dan mempelajari bahwa dalam seri perumpamaan tentang Kerajaan Sorga ini, Yesus memulainya dengan firman yang ditaburkan (bukan mujizat kesembuhan, pengusiran setan atau perbuatan-perbuatan baik belaka). Firman adalah yang utama, mujizat mengikuti sebagai tanda. Firman is a necessity, mujizat pasti terjadi.
Khotbah yang disampaikan Tuhan Yesus adalah proklamasi awal tentang Kerajaan Sorga: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga Sudah Dekat (Mat 4:17) dimana saja baik di kota maupun di desa-desa Dia selalu menyampaikan berita Kerajaan Sorga kepada orang banyak. Thema ini sangat penting, sehingga berulang kali Dia menyampaikan dengan tidak bosan-bosannya. (Luk 4:43-44; 5:1;9:11, Mat 6:33, Yoh 5:36-37) Sayangnya, pada masa kini banyak orang Kristen tidak memahami dengan jelas tentang Kerajaan Sorga, dan hidup diluar kerajaan itu. Karena itulah dalam kesempatan ini kita akan jelaskan tentang Kerajaan Sorga sehingga setiap orang dapat memasukinya dan hidup didalam Kerajaan itu, terlebih bagi kita orang Batak, yang dianggap sebagai keturunan “Anak Ni Raja.”
Unsur Kerajaan :
1. Wilayah : Sorga dan Dunia
2. Pemerintah . Raja : Yesus
3. Warga Negara : Sorga
4. Konstitusi / Hukum : Alkitab
5. Hak-hak istimewa : Menginjak ular (iblis), menyembuhkan orang sakit, membangkitkan
orang mati.
Kerajaan Sorga:
1. Penguasa : Yoh 18:37, Maz 22:29, Maz 2:6-9, Maz 47:3,7-9
2. Sifat Kerajaan : Yoh 18:36-37, Dan 2:44, Yes 6:1-5, dan 7:9-14
3. Proklamasi Pendirian : Luk 16:16-17, Pendirian Dan 2:34, 44-45
4. Penentuan Hak Kerajaan : Luk 22:29, Luk 12:32
5. Penegakan di Bumi, Pengusiran setan oleh Roh Kudus Mat 12:28
6. Berbicara atas nama Kerajaan ( Yoh 12:49-50;8:28-29)
7. Prinsip Kerajaan : Yes 9:5-6
8. Jangkauan Kekuasaan : Yer 10:6,7,10
9. Pemegang Pemerintahan : Dan 7 : 15 – 18, 22,27
Cara masuk Kerajaan Sorga :1. Bertobat (Mat 4 : 17)
2. Jadi seperti anak kecil (Luk 18:17)
3. Lahir Baru (Yoh 3:3,5,7)
4. Pengusiran Setan (Mat 12 : 28)
Kerajaan Batak:
1. Wilayah : Dimana saja orang Batak Berada
2. Pemerintah Raja : Siraja Batak (Sisingamangaraja)
3. Warga Negara : Batak
4. Konstitusi / Hukum : Patik Dohot Uhum Ni Habatahon (Upacara Adat)
Kerajaan dan Tatacara Pengangkatan Raja Batak Kerajaan Batak memiliki areal yang sangat luas. Daerah mana yang menerima ajaran dan perintah Raja Batak berarti sampai disitulah daerah wilayah harajaon Batak. Kerajaan Batak dipimpin oleh seorang Raja sebagai perwakilan Mula Jadi Nabolon di bumi. Raja ini digelar dengan sebutan Sisingamangaraja. Raja yang pernah ada yaitu dari Singamangaraja-I hingga Sisingamangaraja – XII.
Pengangakatan Raja Sisingamangaraja dilakukan mulai dari rapat-rapat PARBIUSAN. Rapat bius untuk memilih raja disebut Rapat Bius Patiaraja. Rapat Bius ini diwakili oleh utusan-utusan daerah jaihutan-jaihutan, raja-raja bolon, datu ahli perbintangan (datu tonggak), datu-datu ahli melihat (datu pangatiha), datu panarang udan dll dan biasanya mereka adalah orang-orang sakti dan pilihan. Mereka-mereka inilah yang diadu dalam perundang-undangan dan kemampuan dengan hikmad dan sakral. Setiap orang yang dipanggil berdiri diatas tikar 7 lapis yang diatasnya diletakkan Piso Solam Debata dan Piso Gaja Dompak (Pisau yang telah diisi dengan kesaktian) dengan cawan putih berisi air serta rudang-rudang baringin (bunga dan daun beringin). Dengan Ulos Batak dibahu kiri dan kanan dia martonggo/berdoa kepada Debata Mulajadi Nabolon. Lalu menguras Piso Solam Debata dan Piso Gaja Dompak. Kemudian mengangkat Piso Solam Debata dengan kedua tangan setinggi dada, mengucapkan tonggo-tonggo (mantera-mantera) sambil mencabut Piso Solam Debata dari sarungnya. Apabila Piso dapat dicabut, dimasukkan lagi ke dalam sarungnya. Dilanjutkan lagi mencabut Piso Gaja Dompak, dan memasukkan kedalam sarungnya.
Apabila kedua Piso tersebut dapat dicabut dan dimasukkan kedalam sarungnya, maka semua hadirin mengucapkan “Olop-Olop!! Horas” Artinya Telah sah dan telah terpilih Sisingamangaraja Ke – sekian. Maka raja-raja yang hadir menyematkan singa-singa niharajaon dengan sebutan sihal-sihal :
- Melilitkan ulos Batak ke sihalni harajaon (bagian badannya)
- Menyematkan ulos ragi idup pada bagian bahu kanan
- Menyematkan ulos bintang maratur pada bahu kiri
- Menyematkan Pasomil di kepala
- Menyematkan Golang Bosar pada pangkal lengan kanan
- Memberikan cawan putih yang berisi air dan jeruk purut
- Memberikan tongkat sakti
- Kemudian dilantik/ditabalkan diatas tikar 7 lapis.
Lambang kedua pisau ini dimeteraikan dalam Cap (stempel) Sisingamangaraja.
Karena Sisingamangaraja dipilih secara sacral dari orang-orang sakti, Harajaon Batak harus sesuai dengan adat-istiadat hukum Batak ( DR. JMT Sinaga, Mungkinkah Sisingamangaraja Mati?) yang aktifitasnya selalu berhubungan dengan :
- dengke Batak
- jambar
- ulos Batak
- gondang Batak
- ruma Batak (sesuai dengan hukum sijunjung sinonggor, Debata Bane, Debata Bulan, Debata Sori, Debata Asi-Asi, Debata Ditolu Sada, yang dapat dihadirkan (sitindangi/saksi) dalam rumah Batak.
Hubungan Antara Adat Batak Dengan Kerajaan Batak Dalam Aspek Kehidupan Orang Batak.
Dalam konsep keyakinannya para leluhur orang Batak melihat bahwa kehidupan mereka di bumi berkaitan erat dengan kehidupan lain yang berada di atas dunianya yang disebut “Banua Ginjang” maupun Dunia yang dibawahnya yang disebut ‘banua toru’. Kedua benua ini (makrokosmos & mikrokosmos) terpelihara dengan menjalankan dan memelihara aturan hidup yang diilhamkan oleh sembahan orang Batak yang disebut dengan “Adat Batak”. Orang Batak mengenal adanya dewa tertinggi yang menciptakan dan menguasai kehidupan di seluruh alam semesta. Dewa itu dikenal dengan nama Debata Mula Jadi Nabolon yang sering dipanggil dengan sebutan Debata. Kehadiran Debata dalam peyembahan orang Batak dimanifestasikan atau diwujudkan lewat pelaksanaan upacara Adat Batak.
Karena adat Batak merupakan hakiki dari penjelmaan dari Debata maka tatanan ilahi yang berasal dari malaikat iblis ini memiliki nilai hukum dalam Kerajaan Batak. Melanggar adat berarti mendatangkan sanksi . dan hal ini dianggap suatu pelanggaran yang sangat serius karena dapat merusak keseimbangan hidup.
Jadi “upacara Adat Batak dalam kerajaan Batak bukan hanya merupakan aktifitas sosial belaka melainkan suatu ikatan yang begitu kuat dalam sistim kehidupan bagi orang yang masih hidup dalam kerajaan Batak. Seorang warga kerajaan Batak, dia wajib takluk dan taat dalam seluruh aturan dan hukum yang ada didalamnya, sekaligus ketaklukan dan ketaatannya melakukan upacara adat, hal itu menunjukkan penghormatan dan penyembahannya kepada sembahan/roh yang memerintah dalam adat tersebut yaitu Debata (sembahan leluhur dimasa kegelapan sebelum kekristenan) .
Tetapi pelaku adat sekarang kurang memahami apa yang ada dibalik upacara adat itu. Sehingga iblis dengan gampang dan leluasa bekerja didalam hati, pikiran dan kehendak orang Batak. Bahkan dengan liciknya iblis menyuntikkan bahwa rangakaian upacara adat itu adalah suatu kasih yang mengikat dalam bersaudara, berkeluarga dan bermasyarakat. Sikap orang Kristen yang seperti ini sangat merugikan Kerajaan Sorga. Orang Batak Kristen jenis seperti ini tidak dapat menerima bahwa upacara adat Batak adalah perwujudan penyembahan berhala sesuai dengan kepercayaan leluhur. Mereka gagal melihat roh najis dan malaikat iblis yang ada di belakang dan yang memprakarsai adat tersebut, yaitu roh debata. Firman Tuhan dalam II Kor 4:18 “Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan , melainkan yang tak kelihatan …..”.
Sumber Pengilhaman Patik Dohot Uhum Habatahon Dalam Kerajaan Batak.
I. A. Turi-Turian
Upacara adat Batak merupakan serangkaian ritual yang dipenuhi oleh makna religius yang diilhamkan oleh roh sembahan leluhur. Pengilhaman itu dapat dilihat lewat turi-turian (cerita turun temurun/legenda orang Batak yang menyimpan ikatan rohani dari kepercayaan leluhur. Alkitab mengajarkan bahwa selain Tuhan, iblis juga dapat memasukkan gagasan pemikirannya kedalam hati dan pikiran manusia. Dalam Mar 8:33 berkata ;
“maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-muridNya. Ia memarahi, kataNya, Enyahlah iblis, sebab engkau tidak memikirkan apa yang dipikirkan Tuhan, melainkan apa yang dipikirkan oleh manusia. Gagasan pikiran Petrus disuntikkan oleh Iblis.
I. B. Rekomendasi Datu.
Debata Mulajadi Nabolon memiliki 3 putra sebagai pancaran kemuliaannya, yaitu:
Batara Guru (menguasai dunia atas dunia para dewa, banua ginjang), Mangala Sori (menguasai kehidupan orang di bumi/banua tonga), dan Mangala Bulan (menguasai dunia bawah, roh orang mati, mistik dan perdukunan).
Batara Guru memiliki hikmad (hahomion debata) yaitu misteri misteri yang dimiliki Dewata Mulajadi Nabolon. Berkat dari Batara Guru disalurkan kepada manusia lewat hula-hula.
Mangala Sori memiliki ilmu kemaliman, menimbang yang benar menurut adat hamalimon. Malim terbesar yang pernah ada di kerajaan Batak adalah Sisingamangaraja.
Mangala Bulan memiliki kemampuan dalam bidang ilmu hadatuaon (perdukunan). Roh inilah yang memberikan ilmu perdukunan kepada para datu/dukun.
Semua hal yang bersangkut paut dengan aktifitas dan peranan ke-3 dewa itu diwujudkan lewat upacara adat Batak.
Tatacara Penyembahan Dalam Religi Kerajaan Batak.
Kerajaan Batak yang hukum atau inti undang-undang dasarnya adalah upacara adat Batak yang diprakarsai oleh roh sembahan leluhur yaitu Debata Mulajadi Nabolon yang diwujudkan atau dimanifestasikan lewat prinsip dalihan natolu.
Hula-hula (debata natarida) memanifestasikan Batara Guru, Dongan Sabutuha memanifestasi Mangala Sori, dan Boru memanifestasikan Mangala Bulan. Dalam setiap upacara adat Batak maka kehadiran ketiga roh (dewa) ini terwujud dalam pribadi pelaku adat.
Dalam upacara Adat Batak ada satu system penyembahan yang berfokus kepada “Debata Mulajadi Nabolon disingkat Debata”. Penyembahnya adalah orang-orang Batak yang terlibat didalam upacara adat Batak baik dia sebagai hula-hula, dongan sabutuha maupun boru. Penyembahan ini terlihat pada saat pelaksanaan uapacara adat tersebut, dimana hula-hula (debata natarida) sebagai manifestasi dari Batara Guru adalah pihak pemberi berkat (mamasu-masu) lewat memberikan ulos, dengke dan hata pasu-pasu (umpasa). Boru adalah sebagai manifestasi dari Mangala Bulan adalah penerima berkat. Sebelum berkat diterima pihak boru memberikan pelean persembahannya berupa “tudu-tudu ni sipanganon/namargoar”, dan “pisopiso” (uang dan sirih didalam piring) dengan posisi membungkuk dan menunduk (menyembah). Dongan Sabutuha adalah sebagai manifestasi dari Mangala Sori. Berkat bagi peserta dalam upacara adat diberikan oleh wakil debata dalam bentuk pembagian makanan persembahan kepada seluruh peserta upacara. Pembagian berkat ini disebut “mambagi jambar”. Penyembahan juga dilakukan didalam suatu tarian ritual yang dikenal dengan “tortor”. Setiap orang mengenakan pakaian upacara dengan ulos.
Disinilah wujud pancaran kemuliaan dewata/debata dinyatakan lewat kehadiran ketiga dewa didalam diri pelaku adat.
Jadi, jika orang-orang Kristen Batak terlibat dalam melakukan Upacara Adat Batak maka berarti ia telah membuka pintu bagi kehadiran roh sembahan leluhur. Sadar ataupun tidak, tahu ataupun tidak, orang Kristen yang melakukannya telah menjalin hubungan dengan roh-roh najis itu dengan memberi dirinya menjadi personifikasi (gambaran iblis/roh-roh jahat) dalam sembahan leluhur (band Kej 1:27, manusia dicipta menurut gambar Tuhan).
Roh-roh jahat inilah yang mepengaruhi dan menyetir kehidupan orang Kristen Batak yang masih melakukan Upacara Adat Batak baik pikiran, jiwa dan kehendaknya didalam sistem kehidupan selalu berfokus kearah penyembahan religi leluhur baik dalam sukacita maupun dukacita.
Musuh yang tidak tampak, Iblis si Debata Mulajadi Nabolon yang bekerja keras membuat orang Batak Kristen gagal secara moral. Maka Firman Tuhan selanjutnya menuntun supaya kita orang Batak menemukan jalan yang lurus yang di ingini oleh Tuhan Yesus Kristus karena Tiket kesorga sudah disiapkan bagi orang orang percaya lewat penebusan Kristus di kayu salib. Setaat apapun orang Batak melakukan upacara adat TIDAK ADA jaminan masuk kedalam kerajaan sorga.
Manusia tidak dapat hidup dalam dua kerajaan, sama seperti orang tidak dapat mengabdi kepada dua “Tuan” (Mat 6:24). Bagaimana Anda hidup dalam Kerajaan Sorga jika anda sekaligus dalam anggota Kerajaan Batak?
Panggilan Tuhan Untuk Keluar Dari Kerajaan Batak Dan Masuk Dalam Kerajaan Tuhan.
Kerajaan Tuhan adalah kerajaan yang tidak tergoncangakan (Ibr 12:28). Hukum atau konstitusi tertinggi dalam kerajaan Tuhan adalah Firman Tuhan/Alkitab. Lewat seluruh Firmannyalah system pemerintahan bagi warga negaranya dilaksanakan. Pelanggaran terhadap Firman Tuhan akan mendatangkan hukuman /murka dari Tuhan itu sendiri. Konstitusi itu adalah kekal. Tidak dipengaruhi oleh situasi dan jaman. Ia tidak berlaku surut oleh krisis apapun. Firman itu punya kekuatan mengikat dan mengubahkan hati dan menyelamatkan (Rom 1:16 Injil adalah kekuatan…). Panggilan keluar dari kubur kematian diserukan oleh Yesus kepada Lazarus untuk menunjukkan keMesiasanNya. Firman Tuhan dalam Ef 2:1-2 mengatakan dengan mengikuti jalan dunia ini manusia mati secara rohani di hadapan Tuhan. Panggilan Tuhan ini juga siserukan Tuhan pada Adam dan Hawa dari persembunyiannya. Abraham juga dipanggil keluar dari bangsanya, negerinya dan allahnya. Bangsa Batak dipanggil keluar dari ilah sembahannya “debata” dan tatacara ritual kepercayaan leluhur yaitu Upacara Adat Batak untuk pindah pada terang Injil dan MENJADI WARGA KERAJAAN SORGA .
- Yoh 8 : 12. : “ Akulah terang dunia …..”
- I Pet 1:18-19 : kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek
moyangmu…..”
- I Pet 2:9 : “kamulah bangsa terpilih imamat yang rajani …..”
Hidup Dalam Kerajaan Tuhan Adalah Panggilan Hidup Bersekutu Dengan Tuhan.
- Yoh 15 : 1-5 : “Akulah pokok anggur…..”
- I Tes 1 : 9 : Berbalik dari berhala-berhala kepada Tuhan
- I Kor 3 : 16-17 : Kamu adalah bait Tuhan …..
- II Taw 7 : 14 : …. umatku merendahkan diri dan berdoa dan mencari wajahku.
Panggilan untuk bersekutu pada Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam nama Yesus diserukan oleh Tuhan agar terlepas dari penyembahan dari ilah-ilah asing di bumi. Bagi Dia yang mengasihi kita dan telah melepaskan kita dari dosa oleh darahNya dan yang telah membuat kita MENJADI SATU KERAJAAN, menjadi imam-iman bagi Tuhan. Sebagai imam kita harus tahu cara menyembah Tuhan dan Melayani Dia sesuai dengan keinginan hatiNya. Bukan dengan cara pikir kita dan kemauan kita.
Hidup Dalam Kerajaan Tuhan Adalah panggilan untuk Hidup Kudus
- Im 11 :45 : … Jadilah kudus sebab Aku kudus.
- Im 20 : 26 : … kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain supaya
kami menjadi milikKu.
- Kel 19:6 : Kamu akan menjadi bagiKu kerajaan Imam dan bangsa yang kudus ….
Kekudusan merupakan standard hidup yang akan membedakan warga Kerajaan Sorga dengan warga kerajaan Batak. Kekudusan adalah kait mengait dengan “penyembahan” apakah kepada Raja Sorga yaitu Yesus atau Debata Mulajadi nabolon (Dewata/Debata) dalam kerajaan Batak.
Dalam ke Tritunggalan, Tuhan menetapkan, bahwa Bapa menjadi Pribadi yang menjadi pusat penyembahan, Anak menjadi jalan mausia untuk datang, mengenal dan menyembah kepada Bapa dan Roh Kudus merupakan Pribadi Tuhan yang memproses manusia menjadi penyembah Bapa di dalam darah Yesus Kristus. Tri Tunggal merupakan satu-satunya dasar penyembahan yang benar, bukan Dalihan Natolu dengan ketiga dewanya.
Perpindahan Dari Kerajaan Batak Kedalam Kerajaan Tuhan.
Perpindahan dari kerajaan Batak kedalam kerajaan Tuhan memerlukan pengudusan dalam beberapa aspek kepribadian manusia :
a. Pengudusan roh : Penyingkiran roh-roh najis yang diwarisi dari sembahan leluhur yaitu
roh dewata /debata, roh perdukunan, roh orang mati dll, disingkirkan dalam nama Yesus.
b. Pengudusan Pikiran : Penyingkiran segala ide, gagasan, konsep, paradigma, nilai budaya,
adat leluhur yang bertentangan dengan firman Tuhan. Mintalah Pikiran Kristus memerintah
dalam pikiran kita (Rom 12:2; I Kor 2:16)
c. Pengudusan emosi : Membenci yang Tuhan benci dan menyukai yang Tuhan sukai. Ada
perasaan Kristus dalam hidup kita (Fi 2:5)
d. Pengudusan Kehendak : Menyingkirkan segala hati atau roh yang keras kepada Firman
Tuhan berubah menjadi hati yang rela mentaati Firman (Yeh 35 : 25-27).
Penyembahan yang benar adalah memberi tempat yang terbaik dan tertinggi di dalam hati seseorang kepada Sang Raja Mulia yaitu Kristus Yesus untuk mentaati segala hukum-hukumnya yang ada di dalam Firman. Hati itulah Tahta KemulianNya dalam diri manusia.
- Raja dalam Kerajaan Batak dipilih oleh manusia sedangkan Raja Sorga yaitu Yesus bukan
dipilih oleh Manusia, Ia adalah Alpha dan Omega.
- Segala atribut, undang-undang habatahon (adat dohot uhum), system dan tatanan ritual dalam
kerajaan Batak tidak berlaku bagi Kerajaan Sorga. Sebaliknya, undang-undang Kerajaan Sorga
(Firman Tuhan) dan segala system penyembahan di dalamnya tidak dapat diterima dalam
kerajaan Batak. Disana ada konflik dan perbedaan kepentingan DIANTARA DUA KERJAAN ITU. Kita dituntut untuk memilih.
Konsekwensi/Risiko Yang Dihadapi Orang Kristen Batak Yang Hidup Dalam Kerajaan Batak :
- Diterima di Dunia namun Ditolak dalam Kerajaan Sorga :
Wahyu 22 : 15 : “tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-
orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setipa orang yang
mencintai dusta dan melakukannya tinggal di luar”.
Konsekwensi Yang Dihadapi Orang Kristen Batak Yang Keluar Dari Kerajaan Batak :
- Ditolak dari dunia, dibenci dunia, kurang diterima di masyarakat, dikucilkan (Yoh 15:19)
namun memperoleh Upah dalam Kerajaan Sorga, makan dan minum semeja dengan Tuhan
dalam kerajaaNya (Luk 22:30).
- Memerintah dibumi sebagai warga Kerjaan Sorga dan bukan diperintah oleh hukum
kerajaan dunia.
- Wahyu 5:10 : Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan ……, dan
mereka akan memerintah sebagai raja di bumi.
- Kuasa Roh Kudus dan kasih karunia Tuhan Yesus memungkinkan orang-orang Kristen
menjadi warga kerajaan sorga sekalipun dia masih di bumi. Dan inilah perwujudan Doa Bapa
Kami yang diajarkan oleh oleh Tuhan Yesus agar Kerajaan Sorga Datang dan Kehendak Tuhan
dijadikan dibumi lewat kehidupan orang-orang percaya.
Refleksi :
Hidup Kristen bukan hanya saya percaya kepada Tuhan, tetapi hidup Kristen adalah, menjadikan doa ”Bapa kami yang di sorga,......,datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga”, nyata dalam kehidupannya sampai Tuhan Yesus datang kedunia yang kedua kali.
Doa :
Bapa, kami bukan sekedar orang yang percaya, tetapi kami diangkat sebagai warga kerajaan yang hidup di dalam KerajaanMu. Doa kami, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di sorga sehingga kami percaya walaupun kami hidup di bumi, tetapi kami adalah warga kerajaan sorga. Dalam nama Yesus yang hidup. Amin.